Minggu, 21 Juli 2013

Tugas Akhir "Pengenalan Gamelan Jawa"



TUGAS AKHIR
PENGENALAN GAMELAN JAWA




Oleh :
Cucuk Idayawati Wibiandarsih




D1 PVB PKK
TEKNIK INFORMATIKA
POLITEKNIK KOTA MALANG
2013



KATA PENGANTAR


Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat yang telah diberikan, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Pengenalan Gamelan Jawa”, dengan baik dan lancar.
Tugas akhir merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk menyelesaikan program studi D-1 Teknik Informatika di Politeknik Kota Malang. Selain itu juga bertujuan untuk memberi bekal pengalaman dan pengetahuan pada mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.  Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan. Atas saran dan kritiknya, penulis ucapkan terima kasih.

Malang,  Juli 2013
Penulis,


DAFTAR ISI


Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
1.2.  Tujuan
1.3.  Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1.  Sejarah
2.2.  Nama Instrumen
2.3.  Pengenalan Gamelan Jawa kepada Generasi Muda
BAB III PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
3.2.  Saran
Daftar Pustaka 




BAB I
PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang
Beraneka ragam kebudayaan Indonesia tersebar dipulau-pulau yang terbujur dari Sabang sampai Merauke. Kebudayaan sebagai hasil dari peradaban manusia. Dengan berbagai bentuk hasil kebudayaan seperti adat istiadat, tarian, musik ataupun acara ritual, yang secara turun temurun dilestarikan oleh penduduk. Di Pulau Jawa terdapat beraneka suku bangsa yang memiki kebudayaan sendiri-sendiri. Masyarakat suku Jawa merupakan masyarakat dengan jumlah populasi terbesar di Indonesia. Jumlahnya mencapai hampir setengah dari keseluruhan populasi masyarakat yang tinggal di Indonesia. Jawa Tengah salah satu propinsi yang ada dipulau Jawa memiliki ciri khas kebudayaan yang tidak dimiliki oleh daerah lain, dari arsitektur bangunan, pakaian adat, adat istiadat, acara ritual sampai kesenian. Ciri khas ini tidak dimiliki oleh daerah lain, sehingga memberikan perbedaan. Faktor historis yang mempengaruhi perbedaan ini.
Gamelan adalah satu alat musik tradisional yang sangat terkenal di pulau jawa dan banyak sekali diminati oleh masyarakat, baik dari memainkan alat musik tersebut hingga mendengarkan musik tersebut.  Akan tetapi di era modern sekarang ini, budaya tradisional pun mulai tergeser secara perlahan oleh budaya asing.  Hal ini dikarenakan generasi muda tidak mau mengenal dan melestarikan budayanya sendiri, tetapi mereka lebih memilih mengenal lebih dalam budaya asing tersebut.  Sehinnga secara perlahan budaya tradisional akan tergantikan dan mungkin bisa musnah karena tidak ada generasi muda yang meneruskannya.
Untuk melestarikan salah satu budaya Indonesia yaitu Gamelan Jawa, maka penulis pun mengangkatnya dengan tujuan dapat menyadarkan generasi muda bahwa budaya yang mereka miliki lebih berharga dari budaya lain.

1.2        Rumusan Masalah
1.2.1.     Bagaimana sejarah Gamelan Jawa?
1.2.2.      Apa saja nama-nama instrumen dalam Gamelan Jawa?
1.2.3.     Bagaimana melestarikan Gamelan Jawa?

1.3        Tujuan
1.3.1.      Untuk mengetahui sejarah Gamelan Jawa
1.3.2.      Untuk mengetahui nama - nama instrumen dalam Gamelan Jawa
1.3.3.      Mengenalkan Gamelan Jawa kepada Generasi Muda

1.4        Manfaat
Memperkenalkan salah satu alat musik tradisional yang berasal dari kebudayaan Jawa, yaitu Gamelan Jawa.






BAB II
PEMBAHASAN


2.1.      Sejarah
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.
Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara hipotetis, sarjana J.L.A. Brandes (1889) mengemukakan bahwa masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan. Menurut sejarahnya, gamelan Jawa juga mempunyai sejarah yang panjang. Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam perkembangannya juga mengalami perubahan-perubahan. Perubahan terjadi pada cara pembuatanya, sedangkan perkembangannya menyangkut kualitasnya. Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini, siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk dalam kategori pusaka (Timbul Haryono, 2001).
Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 72 alat dan dapat dimainkan oleh niyaga (penabuh) dengan disertai 10 – 15 pesinden dan atau gerong. Susunannya terutama terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam. Alat-alat lainnya berupa kendang, rebab (alat gesek), gambang yaitu sejenis xylophon dengan bilah-bilahnya dari kayu, dan alat berdawai kawat yang dipetik bernama siter atau celepung.
Gamelan Jawa mempunyai tanggapan yang luar biasa di dunia internasional. Saat ini telah banyak diadakan pentas seni gamelan di berbagai negara Eropa dan memperoleh tanggapan yang sangat bagus dari masyarakat di sana. Bahkan sekolah-sekolah di luar negeri yang memasukan seni gamelan sebagai salah satu musik pilihan untuk dipelajari oleh para pelajarnya juga tidak sedikit. Tapi ironisnya di negeri sendiri masih banyak orang yang menyangsikan masa depan gamelan. Terutama para pemuda yang cenderung lebih tertarik pada musik-musik luar yang memiliki instrumen serba canggih. Dari sini diperlukan suatu upaya untuk menarik minat masyarakat kepada kesenian tradisional yang menjadi warisan budaya bangsa tersebut.

2.2.      Nama Instrumen
2.2.1.      Kendhang: Terbuat dari kulit hewan (Sapi atau kambing)


 



Kendhang berfungsi utama untuk mengatur irama. Kendhang ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih.
Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus. Untuk bermain kendhang, dibutuhkan orang yang sangat mendalami budaya Jawa, dan dimainkan dengan perasaan naluri si pemain, tentu saja dengan aturan-aturan yang ada.

2.2.2.      Demung, Saron, Peking





Alat ini  berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf ) ditumpangkan pada bingkai kayu. Instrumen ini ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu.  Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat tiga jenis saran: demung (Paling besar), saron (Sedang) dan, peking (Paling kecil).

DEMUNG
Alat ini berukuran besar dan beroktaf tengah. Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas. Umumnya, satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung. Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.

SARON
Alat ini berukuran sedang dan beroktaf tinggi. Seperti demung, saron barung memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan mempunyai dua saron, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dan dua saron.

PEKING
Berbentuk saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi. Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan.

2.2.3.      Gong dan Kempul



 
Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang.  Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sehingga kelompok itu sendiri (yaitu kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan.
Ada dua macam gong: gong ageng (besar) dan gong suwukan atau gong siyem yang berukuran sedang.

ong gantung berukuran kecil. Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu gendhing. Dalam hubungannya dengan lagu gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan; kadang-kadang kempul mendahului nada balungan berikutnya,

2.2.4.      Bonang


Bonang dibagi menjadi dua jenis, yaitu bonang barung dan bonang panerus. Perbedaannya pada besar dan kecilnya saja, dan juga pada cara memainkan iramanya. Bonang barung berukuran besar, beroktaf tengah sampai tinggi.
Khususnya dalam teknik tabuhan pipilan, bonang barung memainkan pembuka gendhing dan menuntun alur lagu gendhing. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun; ia membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus, dan pada aksen aksen penting bonang boleh membuat sekaran (lagu-lagu hiasan), biasanya di akhiran kalimat lagu.
Bonang panerus adalah bonang  yang kecil, beroktaf tinggi. Pada teknik tabuhan pipilan, irama bonang panerus memiliki kecepatan dalam bermain dua kali lipat dari pada bonang barung. Walaupun mengantisipasi nada-nada balungan, bonang panerus tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya. Dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang barung, bonang panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.

2.2.5.      Slenthem


Menurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender, malahan kadang-kadang ia dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron. Slenthem beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron. Seperti demung dan saron barung, slenthem memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.

2.2.6.      Kethuk dan Kenong


Kenong merupakan satu set instrumen jenis mirip gong berposisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen kedua yang paling penting setelah gong.
Kenong membagi gongan  menjadi dua atau empat kalimat kenong. Di samping berfungsi menggaris-bawahi struktur gendhing, nada-nada kenong juga berhubungan dengan lagu gendhing; ia bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan; ia boleh juga mendahului nada balungan berikutnya untuk menuntun alun lagu gendhing; atau ia dapat memainkan nada berjarak satu kempyung dengan nada balungan.
Pada kenongan bergaya cepat, dalam ayakayakan, srepegan, dan sampak, tabuhan kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut. Kethuk sama dengan kenong, fungsinya juga sama dengan kenong. Kethuk dan kenong selalu bermain jalin-menjalin, perbedaannya pada irama bermainnya saja.

2.2.7.      Gender

Instrumen terdiri dari bilah-bilah metal ditegangkan dengan tali di atas bumbung-bumbung resonator. Gender ini dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat (dilingkari lapisan kain) dengan tangkai pendek. Sesuai dengan fungsi lagu, wilayah nada, dan ukurannya, ada dua macam gender: gender barung dan gender panerus.

2.2.8.      Gambang

Instrumen dibuat dari bilah – bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga berfungsi sebagai resonator. Berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah, wilayah gambang mencakup dua oktaf atau lebih. Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya dari tanduk/sungu.

2.2.9.      Rebab


Instrumen kawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur kayu dengan badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi.  Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih.
Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan. Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.





2.2.10.  Siter





Siter merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bunyinya adalah string (kawat) yang teknik menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter, siter penerus (ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung (ukurannya lebih besar dari pada siter). Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan iringan wayang fungsi siter sebagai pangrengga lagu.

2.2.11.  Suling
 





Jenis instrumen gamelan lainnya yang juga berfungsi sebagai pangrengga lagu adalah suling. Instrumen ini terbuat dari bambu wuluh atau paralon yang diberi lubang sebagai penentu nada atau laras. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian yang di tiup yang melekat di bibir diberi lapisan tutup dinamakan jamangan yang berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga menimbulkan getaran udara yang menimbulkan bunyi atau suara Adapun teknik membunyikannya dengan cara di tiup.
Di dalam tradisi karawitan, suling ada dua jenis, yaitu bentuk suling yang berlaras Slendro memiliki lubang empat yang hampir sama jaraknya, sedangkan yang berlaras Pelog dengan lubang lima dengan jarak yang berbeda. Ada pula suling dengan lubang berjumlah enam yang bisa digunakan untuk laras Pelog dan Slendro. Untuk suling laras Slendro dalam karawitan Jawatimuran apabila empat lubang di tutup semua dan di tiup dengan tekanan sedang nada yang dihasilkan adalah laras lu (3), sedangkan pada karawitan Jawatengahan lazim dengan laras ro (2).

2.3.       Pengenalan Gamelan Jawa kepada Generasi Muda
Pada masa sekarang ini ada kecenderungan perbedaan persepsi yang dilakukan oleh generasi-generasi muda melalui berbagai atraksi kebudayaan yang pada segi-segi lain kelihatan agak menonjol, tetapi ditinjau dari segi yang lain lagi merupakan kemunduran, terutama yang menyangkut gerak-gerak tari dan penyuguhan gendhing-gendhing yang dikeluarkan.
Anak muda terlihat tak tertarik gamelan karena tidak ada yang mengenalkan. Selain itu tidak ada yang mengajarkan. Itu tidak bisa disalahkan karena mayoritas orang tua, bahkan lingkungan sekolah, tidak mendukung anak mengenal gamelan. Bagi generasi muda, gamelan sulit diminati kalau dibunyikan seperti masa-masa dulu pada era orang tua atau kakek dan nenek mereka. Anak muda sekarang lebih menyukai jika membunyikan gamelan sesuka mereka dan dipasangkan dengan alat musik dan seni apa saja. Walaupun begitu, lewat cara-cara inilah gamelan mendapat jalan untuk lestari.
Gamelan bukan sekadar alat musik tradisional atau obyek, namun ada spirit di dalamnya, yakni kebersamaan. Yang penting di sini adalah manusianya, yaitu bagaimana mereka merasa dekat dengan gamelan. Perlu dipikirkan pula demi kelestarian kebudayaan kita sendiri yang sungguh-sungguh Adhi Luhur, penuh dengan estetika, keharmonisan, ajaran-ajaran, filsafat-filsafat, tatakrama, kemasyarakatan, toleransi, pembentukan manusia-manusia yang bermental luhur, tidak lepas pula sebagai faktor pendorong insan dalam beribadah terhadap Tuhan, yaitu dengan sarana kerja keras dan itikat baik memetri atau menjaga seni dan budaya sendiri. Jangan sampai ada suatu jurang pemisah atau gap dengan sesepuh yang benar-benar mumpuni (ahli). Bahkan komunikasi perlu dijaga sebaik-baiknya dengan sesepuh sebagai sumber atau gudang yang masih menyimpan berbagai ilmu yang berhubungan dengan masalah kebudayaan itu sendiri, terutama para empu-empu karawitan, tari dsb.
Gamelan merupakan seperangkat alat musik kesenian asli bangsa Indonesia yang terdiri dari kendang, rebab, celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Bagi orang jawa gamelan juga merupakan suatu filsfaat pandangan hidup antara keselarasan antara jasmani dan rohani, yaitu keselaran dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta toleransi antara sesama.
Hampir diseluruh wilayah Indonesia terdapat perangkat gamelan dengan kombinasi yang bervariasi. Tidaklah selengkap di Jawa-Bali sebagai pusat penyebaran kebudayaan tertua di Indonesia. Dalam perkembangannya gamelan dibagi menjadi dua yaitu gamelan klasik dan kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan.
Akhir-akhir ini gamelan di negeri sendiri seperti di anak tirikan, bahkan terancam hilang kelestarian kebudayaan gamelan karena secara perlahan tersingkirkan oleh kebudayaan luar. Padahal tanggapan dari dunia internasional sangatlah luar biasa, apalagi di Eropa telah banyak diadakan pentas seni gamelan. Bahkan di luar negeri, gamelan dimasukan sebagai salah satu musik pilihan untuk dipelajari dan tidak sedikit yang mempelajari. Lebih dikhawatirkan lagi seni musik gamelan dicap sebagai seni musik dari bangsa lain. Di Indonesia, generasi muda sekarang ini tidak terlihat tertarik karena seni musik gamelan tidak ada yang mengenalkannya, selain itu tidak ada yang mengajarkan.
Alat musik gamelan dimainkan sesukanya, apabila dimainkan secara klasik sulit untuk diminati oleh generasi muda karena akan merasa seperti kakek-kakek dan nenek-nenek, tetapi ini lah cara untuk melestarikannya.
Untuk tetap melestarikan kebudayaan seni musik gamelan di Indonesia agar tidak dicap sebagai kesenian musik kebudayaan oleh negara lain adalah dengan cara memperkenalkan seni musik gamelan kepada generasi muda sedini mungkin, yaitu seni musik gamelan di masukan kedalam mata pelajaran kesenian atau bahkan di kenalkan dari taman kanak-kanak.
Selain dengan cara memperkenalkan seni musik gamelan sedini mungkin juga tetap menjalin silahturahmi antara sesepuh yang ahli dalam kesenian gamelan sehingga tidak ada jarak pemisah antara generasi muda dan tua. Sehingga ada yang mengajari dan yang memperkenalkan kesenian gamelan agar tetap lestari.




BAB III
PENUTUP


3.1.       Kesimpulan

Gamelan adalah satu alat musik tradisional yang sangat terkenal di pulau jawa dan banyak sekali diminati oleh masyarakat, baik dari memainkan alat musik tersebut hingga mendengarkan musik tersebut. Alat musik ini terdiri dari berbagai macam instrument. Nama instrument tersebut adalah kendhang, demung, saron, peking, gong, kempul, boning, slentem, kethuk, kenong, gender, gambang, rebab, siter, dan suling. Perpaduan instrumen- instrumen tersebut akan menghasilkan musik yang indah untuk dinikmati.
Oleh karena itu, gamelan jawa sudah seharusnya diperkenalkan pada masyarakat luas, khususnya generasi muda. Agar mereka mengetahui budaya tradisional yang mereka miliki, bahkan secara langsung melestarikannya.

3.2.       Saran
Dari pembahasan diatas dapat dilakukan berbagai upaya dalam mengenalkan gamelan jawa kepada generasi muda, sebagai berikut :
1.      Bekerjasama dengan instansi terkait seperti Diknas, Badan Musyawarah Adat, melaksanakan penyuluhan, seminar dan diskusi tentang nilai-nilai tradisional.
2.      Bekerjasama dengan pihak swasta melaksanakan pagelaran seni budaya daerah.
3.      Melaksanakan sosialisasi tentang pelestarian kebudayaan.
4.      Menghimbau masyarakat untuk tetap melestarikan adat istiadat yang relevan, bukan irasional.
5.      Menanamkan sejak dini kepada generasi penerus tentang pentingnya melestarikan dan menjaga kebudayaan.
6.      Memberikan penghargaan terhadap orang yang berjasa melestarikan budaya.



DAFTAR PUSTAKA


Pri, Yudhi.  2010.  Bagian Alat Musik Gamelan.  Yogyakarta: (online), (http://yudhipri.wordpress.com/2010/06/15/bagian-alat-musik-gamelan/) diakses pada tanggal 28 Juni 2013

Susanto, Heru.  2011.  Gamelan di Indonesia.  Banyumas: (online), (http://heroesoesanto.blogspot.com/2011/02/gamelan-adalah-alat-musik-yang-terbuat.html) diakses pada tanggal 28 Juni 2013

Susanto, Heru.  2011.  Gamelan Jawa.  Banyumas: (online), (http://heroesoesanto.blogspot.com/2011/02/gamelan-jawa.html), diakses pada tanggal 28 Juni 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar